Dalam berprilaku Sabar, Ikhlas dan Tawaqal adalah ciri khas Pendidikan di Pesantren manapun. Tapi ada yang aneh di Pesantren baruku itu yang tak pernah ku dapatkan di 2 pesantren yang pernah kutempati.
Hari pertama aku di Pesantren -/+ baru 3 jam aku berada di Pesantren itu, ketika itu sekitar jam 17.30 WIB aku menyendiri di kobong (kamar) lantai 2 "Pondok A". Tiba-tiba suara gaduh di luar kamar sambil menggebrak pintu kamar satu sama lain termasuk kamarku sambil meneriakkan "Mabgrib... Maghrib... Maghrib..." tandanya kita harus segera ke Mesjid untuk mengikuti Berjama'ah Shalat Maghrib, mengembalikan ingatanku... ahhh itu hal yang lumrah bagiku seperti di Pesantren-Pesantrenku dulu.
Ku lihat para santri berbondong-bondong menuju Mesjid untuk melakukan Shalat Maghrib berjama'ah, akupun turut serta beranjak ke Mesjid. Ketika sampai dipelataran Mesjid, aku duduk terdiam di lantai luar Mesjid sambil bersandar ke tiang Mesjid seorang diri karena memang belum ada yang aku kenal satu orang-pun. Karena aku memang pemalu, ketika ada yang bertanya! ya aku jawab, tidak ada yang bertanya ya aku diam saja. Aku menyaksikan para Santri dengan riangnya bercanda gurau satu sama lain sambil menunggu antrian panjang santri yang ber-Wudhu, terlihat sekali kemenangan di wajah-wajah mereka saat menyambut Maghrib tiba.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan bentakan dari seorang Santri Senior, dia marah karena aku masih terdiam dan belum mengambil air Wudhu karena memang pada saat itu aku sedang duduk menunggu giliran mendapat air kran. Sedih sekali waktu itu, aku yang baru tadi siang berada di Pesantren itu sudah mendapat perilaku yang tidak enak dari permasalahan yang seharusnya tidak perlu dengan membentak.
Perlakuan ini belum pernah aku dapatkan selama 4 tahun di Pesantren-Pesantren lamaku, kalaupun dulu di pesantren aku pernah dimarahin dan dihukunm tapi menurutku waktu itu Logis dan permasalahannya pun jelas (aku yang salah).
Sejak kejadian di pelataran Mesjid itu, aku jadi tidak betah di Pesantren. Hari esoknya aku menulis surat untuk Ayah-Ibuku, yang isinya "Aku tidak betah di Pesantren, aku ingin Kost saja dan tetap bersekolah di SMA ini". 1 minggu kemudian Ayahku datang menjenguk, dan menanyakan apa alasannya ingin keluar dari Pesantren... Aku bilang saja sudah bosan tinggal terus di Pesantren. Tapi Ayahku sangat berharap aku terus mencari ilmu di Pesantren dan Ayahku memberi waktu 2 bulan untuk penyesuaian. Singkat waktu 2 bulan pun berlalu dan aku tetap tidak betah, akhirnya Ayahku mengIYAkan keinginanku untuk tinggal Kost di Pusat Kota Singaparna - Tasikmalaya.
tohircicomre 2001
{ 0 Comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment