Akibat dari dua bencana berentetan itu, ribuan warga tiga kabupaten di Jawa Tengah; Klaten, Boyolali dan Magelang mengungsi. Seorang di antaranya, Ilham Azza, enam bulan, meninggal.
Sampai berita ini diturunkan pukul 00.30 Wita, korban tewas baru Azza seorang. Itu pun karena telat dievakuasi sehingga sesak napas. Berita terkait di halaman 10.
Sementara di Mentawai, dilaporkan sedikitnya 122 warga meninggal serta 502 dinyatakan hilang. Mereka diperkirakan tersapu tsunami yang melanda daerah itu dua jam setelah gempa mengguncang.
Tanda-tanda meletusnya Merapi mulai terdeteksi sejak pukul 17.05 WIB. Selanjutnya, sekira sepuluh menit berselang, hujan abu dan luncuran awan panas dari perut Gunung Merapi, mulai menebar maut. Awan panas merupakan salah satu ancaman terbesar dari Merapi selain lontaran material vulkanik.
Awan panas pertama kali meluncur ke arah selatan. Munculnya awan panas membuat warga yang tinggal di kawasan rawan bencana langsung kalang kabut.
Informasi yang berhasil dihimpun Radar Solo (Group FAJAR), sebelum awan panas meluncur dari puncak, di sekitar lereng Merapi hujan deras dan langit tertutup mendung. Makanya saat awan tersebut keluar dan meluncur ke arah selatan, tidak banyak yang tahu.
"Karena mendung, tadi sulit melihat secara pasti besaran awan yang keluar dari puncak Gunung Merapi. Yang jelas mengarah ke selatan. Kemungkinan ke Kali Gendol, Yogyakarta dan Kali Woro, Klaten," ujar penasihat Paguyuban Sabuk Gunung (Pasag) Merapi, Sukiman.
Selain awan panas, dari perut Merapi juga terus terdengar suara bergemuruh. Suara tersebut dipicu adanya guguran materi vulkanik akibat tekanan dari magma bumi sehingga terjadi longsor besar.
"Suaranya terdengar jelas di sekitar Pos Pemantau di Dusun Ndeles, Desa Sidorejo. Kami sudah mulai mengevakuasi warga yang sebelumnya hanya tenang dan berdiam diri di rumah. Mereka sudah mulai bergerak ke pos pengungsian," tambah Sukiman.
Dari Boyolali dilaporkan, tanda-tanda meletusnya Merapi terlihat sangat jelas. Maklum, di daerah ini cuaca cukup cerah sehingga asap tebal kecokelatan sudah mulai tampak di puncak Merapi.
Di bagian puncak Merapi, sepanjang siang kemarin terus mengeluarkan asap pekat. "Pengamatan kami memang asap pekat sebagai tanda magma sudah naik," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, di Boyolali kemarin.
Hasil pengamatan yang dihimpun BPPTK, magma semakin mendekat ke kubah. Material panas pun juga sudah keluar dan disertai asap kecokelatan. Ini terlihat di Pos 2 Pengamatan Merapi Desa Jrakah, Kecamatan Selo.
"Muncul asap tebal kecokelatan. Ketinggiannya sekitar empat ratus meter," kata Tri Mujianto, petugas Pos 2 Pengamatan Merapi.
Sumber: metronews
{ 0 Comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment